GARAPNEWS.COM-Kondisi pandemi covid-19 saat ini menguatkan isu keamanan dan ketersediaan pangan di seluruh negara. Salah satunya adalah ketersediaan asupan protein yang terjangkau semua kalangan, yakni telur. Sayangnya kebutuhan protein khususnya yang berasal dari telur ini patut diwaspadai.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik(BPS) Indonesia pada 2019, produksi telur ayam ternak dan desa berada di angka 4,7 juta dan diprediksikan akan terus meningkat. Sementara di Indonesia sendiri dikenal tiga tipe telur yang diproduksi secara ternak dan industri untuk konsumsi harian, yakni telur ayam ternak, telur ayam desa, dan telur bebek. Sayangnya, produksi telur ayam ternak di Indonesia cukup berisiko.
Sebuah hasil investigasi dari LSM internasional, Equitas Global, menemukan akan ada pandemi baru lewat praktik kandang telur baterai. Praktik ini menjadikan ternak ayam petelur tinggal di dalam kandang yang sangat sesak dan sempit hingga kesulitan untuk bergerak hingga menimbulkan kecacatan.
Bonnie Tang, campaign manager dari Equitas, dilansir dari siaran pers, Minggu (22/11/2020) mengatakan peternakan kandang baterai bisa menyebabkan penyakit menular baru pada manusia adalah zoonosis, yang berasal dari hewan liar namun dapat menyebar dan menular ke hewan ternak dalam industri.
“Hal ini sangat ironis mengingat saat ini dunia tengah berjuang melawan pandemi yang disebabkan oleh Covid-19,” kata Bonnie.
Untuk itu Bonnie menyarankan masyarakat dan industri berkomitmen hanya mengkonsumsi telur yang berasal dari peternakan ayam bebas kandang di Indonesia. Dikatakan Bonnie terdapat lebih dari 50 perusahaan besar yang bergerak di bidang pangan, yang telah berkomitmen untuk hanya menjual telur yang berasal dari peternakan ayam bebas kandang di Indonesia, termasuk Starbucks, Subway, Burger King, Nestle dan sebagainya.