GARAPNEWS.COM–Sudah menjadi hal yang maklum, bahwa Sholat Tarawih adalah Sholat sunah yang menjadi paket yang tidak terpisahkan dari bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan ini. waktunya, dikerjakan sesudah Sholat Isya’ sampai terbitnya fajar yang menandakan masuknya waktu Sholat Subuh.
Sebagaimana yang dikerjakan oleh para sahabat, tabi’in, salaf dan sampai pada masa kini, yang telah dikerjakan dan dianjurkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, sehingga Beliau juga menunjukkan keutamaan dari Sholat Tarawih tersebut sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhori dan Al Imam Muslim dari riwayat Sayyiduna Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.
Yang mana Beliau berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam telah bersabda: Barang siapa menghidupkan bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”.
Al Imam Nawawi berkata : yang di maksud “menghidupkan bulan ramadhan” adalah dengan Sholat Tarawih.
PENCETUS SHALAT TARAWIH
Tentulah dapat dipastikan, bahwa pencetus pertama dari Sholat Tarawih adalah Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, sebagaimana yang diriwayatkan dari Ummul Muminin Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu Taala Anha.
Beliau berkata: pada suatu malam An Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, mengerjakan Sholat di masjid maka datang sekelompok orang ikut mengerjakan Sholat bersama Nabi sehingga bertambah banyak orang yang ikut Sholat bersamanya, begitu juga hari berikutnya.
Sholat tarawih dan menghidupkan bulan Ramadhan
Pada hari ke tiga dan ke empat banyak orang berkumpul menunggu Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam akan tetapi Beliau tidak keluar ke masjid, sehingga dipagi harinya Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda : “Sungguh aku telah tahu apa yang kalian lakukan semalam dan tidak ada yang mencegah aku keluar kecuali aku takut apabila diwajibkan kepada kalian” Berkata Sayyidatuna Aisyah : “dan kejadian itu di bulan Ramadhan”
BERJAMA’AH
Setelah Rasulallah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam meninggal Sholat Tarawih selalu di kerjakan dimalam-malam bulan Ramadhan dan dikerjakan sediri-sendiri. ketika di zaman Sayyiduna Umar Radhiyallahu Ta’ala Anhu. Beliau memerintahkan untuk dikerjakan secara berjamaah (seperti dahulu di zaman Nabi) sebagimana yang telah diriwayatkan Sayyiduna Abdurrahman bin Abdul Qari.
Beliau berkata: “Ketika aku keluar bersama Sayyiduna Umar bin khattab di malam bulan Ramadhan maka kami mendapati muslimin mengerjakan Sholat Tarawih dengan sendiri-sendiri dan ada juga yang berjamaah dengan sekelompok orang. Berkata Sayyiduna Umar: “saya berpendapat, kalaulah dikerjakan berjamaah maka akan indah”, lalu Beliau mengumpulkan mereka dan dipilihlah Sayyiduna Ubay bin ka’ab menjadi Imam.
Berkata Sayyiduna Abdurrahman bin Abdul Qari, lalu keesokan harinya, aku keluar lagi bersama Beliau (Sayyiduna Umar) dan Shalat Tarawih dikerjakan berjamaah dengan imamnya Sayyiduna Ubay bin ka’ab, lalu berkata : “inilah sebaik-baiknya bid’ah”.
RAKAAT TARAWIH
Sholat Tarawih, merupakan ibadah sunnah yang muakkad, sebagaimana tertera dalam hadits diawal tulisan ini, dengan jumlah rakaat 20, dengan 10 salam. Jika kita gabungkan dengan 3 rakaat dari Shalat Witir, menjadi 23 rakaat.
Tidak ada satupun yang menentang akan hal ini, semenjak zaman Sayyiduna Umar bin Khattab, lalu zaman para Imam 4 Madzhab sampai saat ini. Hanya saja memang Al Imam Malik disamping berpendapat 23 rakaat, juga memunculkan pendapat, bahwa Sholat Tarawih 36 rakaat di tambah 3 rakaat witir, menjadi 39 rakaat. Pendapat Beliau ini berdasarkan amalan penduduk Kota Madinah Al Munawwaroh.
Para Imam Madzhab mengambil pendapat yang sama, tentang 20 rakaat, sebagaimana diriwayatkan oleh Al Imam Al Baihaqi dan yang lainnya dengan sanad yang shahih, dari Sayyiduna As Saib bin yazid Radhiallahu Anhu, Beliau berkata: “sesungguhnya dahulu para sahabat mendirikan Sholat Tarawih dizaman Sayyiduna Umar dua puluh rakaat”.
Begitu juga yang diriwayatkan dari Al Imam Malik bin Anas Radhiyallahu Anhu di dalam kitabnya Al Muwaththo’ dari sahabat Yazid bin Rumman Radhiallahu Anhu berkata: “sesungguhnya dahulu para sahabat mendirikan Shalat Tarawih dizaman Sayyiduna Umar dua puluh tiga rakaat”.
Dari Al Imam Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mughni, Beliau menjelaskan sesungguhnya para ulama sepakat bahwa jumlah rakaat tarawih adalah 20 dan menolak atas pendapat Al Imam Malik Radhiallahu Anhu dalam riwayatnya yang kedua yaitu tiga puluh enam rakaat. Al Imam Ahmad bin Hambal, Al Imam Abu Hanifah, Al Imam Asy Syafi’i dan imam Ats-Tsauri Radhiallahu Anhum bersepakat bahwa jumlah rakaat Sholat Tarawih adalah 20 rakaat.
Adapun Imam Malik RA mengerjakan tiga puluh enam rakaat karena mengikuti apa yang di kerjakan Ahli Madinah.
Disebutkan di dalam kitab Mukhtasor Almuzani bahwa Al Imam Asy Syafi’I berkata: “Aku telah mendapati Ahli Madinah mengerjakan Tarawih 36 rakaat tetapi Aku lebih suka 20 karena mengikuti apa yang telah di riwayatkan dari Sayyiduna Umar bin Khattab.
Begitu juga, telah menjadi amalan Ahlu Makkah mengerjakan Sholat Tarawih dengan dua puluh rakaat ditambah dengan tiga rakaat witir.
Al Imam At Turmudzi juga meriwayatkan dalam kitab Sunannya, bahwa Sholat Tarawih adalah 20 rakaat. Begitu pula apa yang dikatakan oleh Al Imam Ibn Rusyd dan Al Imam An Nawawi.
Al Imam Ibnu Taymiyyah mengatakan dalam Fatwanya: “Adalah benar bahwa Ubay bin Kaab dahulu menjadi imam dalam Sholat Tarawih 20 rakaat dan berwitir dengan 3 rakaat. Dengan inilah banyak ulama sepakat inilah yang tepat, karena dikerjakan ditengah-tengah para Muhajirin dan Anshor, dan tidak terdapat seorangpun dari para sahabat yang menentang hal tersebut”.
Sebagaimana dilaksanakan sampai saat ini di Masjidil Haram dan Masjid An Nabawi dan di hampir semua kaum Muslimin.
Bahkan Sayyiduna Ali Radhiallahu Anhu berkata: Semoga Allah menerangi kubur Umar Radhiallahu Anhu sebagai mana Beliau telah menerangi masjid-masjid kita”.