Masa Depan Ekspor Sawit Indonesia ke Amerika Setelah Joe Biden Terpilih

banner 120x600
banner 468x60


GARAPNEWS.COM-Bagi sejumlah kalangan, terpilihnya Joe Biden dan Kamala Harris sebagai pemimpin Amerika Serikat, memiliki dua makna. Satu sisi, sikap keduanya dan pemerintahan Partai Demokrat secara umum dianggap lebih akomodatif. Namun, di sisi lain keberpihakan mereka terhadap isu lingkungan bisa menjadi ancaman sejumlah aktor bisnis.

Salah satu yang patut khawatir, adalah aktor sawit di Indonesia, ujar Halim Kalla, dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Halim adalah Wakil Ketua Bidang Energi Terbarukan dan Lingkungan Hidup Kadin.

banner 325x300


“Saya terus terang bersyukur Joe Biden terpilih, saya memang memilih Demokrat daripada Republik, Saya kira Biden lebih wise daripada Trump. Tetapi kita ingat, bahwa Demokrat ini aktor lingkungannya tinggi. Contohnya saja, dia kembali ke Perjanjian Paris,” kata Halim, dalam diskusi yang diselenggarakan Auriga Nusantara, Selasa (9/2).

Seperti juga di Indonesia, Amerika di bawah Biden akan memberi perhatian lebih ke sejumlah isu seperti menurunkan pemanasan global, pengurangan emisi gas rumah kaca, hingga energi terbarukan. Biden, dinilai Halim, akan menerapkan kebijakan lebih ketat untuk komoditas yang diekspor ke Amerika. Faktor ramah lingkungan akan menjadi salah satu syarat.

Apapun yang kita ekspor ke Amerika, pemerintah sana pasti melihat apakah produk yang diekspor ke Amerika masuk sustainable, bersih lingkungan, dan juga kebijakan tenaga kerja yang lebih manusiawi,” tambah Halim.

Perhatian besar pemeritahan Biden terhadap lingkungan membawa dua konsekuensi, menguntungkan dan sekaligus mengkhatirkan. Menurut Halim, ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) ke Amerika terbuka lebar setelah penerapkan kebijakan baru di sektor kesehatan mulai tahun 2018. Pada periode sebelum tahun 2015, total volume ekspor CPO Indonesia ke Amerika hanya sebesar 100 ribu metrik ton setiap tahun. Pada 2020, angka itu mencapai 1,2 juta metrik ton per tahun, angka yang cukup signifikan dari 5 juta metrik ton produksi sawit Indonesia.

“Peningkatan ekspor ini disebabkan kebijakan baru sektor kesehatan, yaitu adanya pelarangan dari FDA Amerika untuk menggunakan TransFat Acid atau lemak trans dan GMO, genetically modified organism, yakni rekayasa genetika yang sangat berbahaya untuk kesehatan,” jelas Halim.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *